Minggu, 13 Agustus 2017

Seorang ayah, seperti lelaki kebanyakan pasti mendahulukan logika daripada perasaan. Tak jarang sikapnya cenderung lebih dingin namun penuh pertimbangan. Matanya seakan tahu apa yang akan terjadi dikemudian hari, dan kehadirannya mampu membuat kekhawatiran lenyap seketika.
Memang tak seperti ibu yang lebih hangat saat berbicara dan menanyakan kabar, namun tahukah kamu bahwa dibalik telepon atau sms dari ibu ada seorang ayah yang menyuruhnya. Memang tak seperhatian ibu ketika mempersiapkan sarapan atau makan malam, namun ayah lah yang mendorong ibu untuk mempersiapkan makanan lezat untuk kita setiap hari. Bahkan tak jarang, ia rela kelaparan karena jatah makanannya di ambil oleh sang anak.
Ya, meski terlihat tegar ternyata ayah pun rapuh bahkan dapat meneteskan air mata

ketika mengalami beberapa hal berikut ini.
happy family

Menunggu Sang Anak Lahir

Melihat istri kesakitan dengan bulir keringat membanjiri seluruh tubuhnya, tak jarang membuat para suami memperihatkan kerapuhannya. Apalagi ketika mengetahui bahwa ada masalah dalam proses persalinannya, rasa panik seakan membuat seluruh pikirannya kacau.
Namun semuanya terbayar ketika tangisan bayi terdengar. Meski jarang diakui, tenggorokan sang ayah saat itu sesak seperti tercekat tombak, menahan air mata yang entah mengapa meluncur seketika.

Saat Anak Menderita Sakit

Bukan hanya ibu saja yang khawatir dan menangis saat anak sakit bahkan harus dilarikan kerumah sakit. Dalam ketegarannya ayah terus berdoa, meminta tuhan menukar keadaan.
Atau ingatkah saat, ayah memegang dahi kita. Wajahnya tak terlihat khawatir memang, berbeda dengan ibu yang terlihat sangat khawatir dan seakan membendung air mata. Namun ternyata ayah tetap diam di dalam kamar atau kerap kali terlihat menyembulkan kepalanya dari pintu mengecek siapa tahu kita butuh sesuatu. Terimakasih ayah. 

Putrinya Tak Kunjung Pulang, Padahal Sudah Larut Malam

Hal ini terjadi ketika anak sudah beranjak remaja. Terkadang kita sibuk sendiri dengan urusan organisasi di sekolah hingga pulang larut malam atau ketika kebablasan main dan akhirnya terjebak hujan dan sulit pulang. Saat itu, ayah terjaga hingga melihat batang hidung anaknya. Bahkan kata ibu, ayah mondar-mandir seperti ayam akan bertelur.
Ketika sampai di rumah, ayah tak segan memarahi kita. Tapi tahukah kamu, itu terjadi karena ayah menahan rasa takutnya. Ayah takut anaknya mengalami hal yang tak diinginkan. Maafkan aku ayah.

Melepas Anak Kuliah Di Luar Kota

Semakin dewasa, anak mulai menyusun lego kehidupannya sendiri. Di awali dengan mengemban ilmu di salah satu universitas yang berada di luar kota. Ingin rasanya ayah menahan, namun masa depan anak lebih penting dari kekhawatirannya saat itu.
Ayah bilang “Bukan sesuatu yang mudah mengizinkan kamu tinggal di kota lain, tapi ayah tahu kamu akan bertanggung jawab dan masa depanmu akan lebih baik dari ayah.”

Ketika, Lelaki yang Dicintai Anak Datang

Banyak sekali sosok ayah yang tampak galak pada teman lelaki anak perempuannya. Bukan, ayah bukan ingin menjauhkan kita dari semua lelaki. Ia takut kita jatuh pada tangan yang salah.
Saat lelaki itu datang, ayah akan berusaha sebijaksana mungkin. Memasang muka galaknya, bahkan ia juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang kadang terlihat menyakiti lelaki yang kita bawa. Namun yang dilakukannya tak lebih karena ayah ingin memastikan bahwa lelaki tersebut dapat menjaga putri kesayangannya.

Akhirnya, Tanggung Jawab Berpindah

Pernikahan menjadi hari yang paling membahagiakan untuk kita, ayah pun bahagia, jauh lebih bahagia. Saat melihat mata kita yang berbinar, seluruh kenangan mengenai putri kesayangannya berputar dalam kepala.
Putri kecilnya yang dulu seringkali mengompol dipangkuannya, kini akan mengarungi bahtera rumah tangga dengan lelaki yang dipilihnya. Putri kecilnya yang sering merengek meminta eskrim, kini akan menyandarkan kepalanya pada lelaki lain.
Tenggorokannya kembali tercekat saat itu, namun ia lebih bahagia ketika melihat kita tersenyum lebar serasa meminta doa restu untuk membuka lembaran hidup yang baru.
Ah, Ayah.. Engkau akan selalu menjadi pahlawan pertamaku. Terimakasih ayah.

0 komentar:

Posting Komentar